TUGAS
MAKALAH KIMIA
KARET
NAMA
: HADI SUWANDRA
NPM :
E1G012078
PRODI
: TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
TEKNOLOGI
INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struktur dasar karet alam adalah rantai
linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul
rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000. Karet alam adalah jenis karet
pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses vulkanisasi yang membuat
karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet
mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk
keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan
bahkan sepatu yang semuanya terbuat dari bahan karet. Sebelum itu usaha-usaha
menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet manjadi kaku di musim
hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti yang pernah dilakukan
oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan karet
alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet
keras yang tahan air.
Pemanfaatan kulit hewan sebagai salah satu
peningkatan pendayagunaan hasil ternak merupakan salah satu upaya membangun
peternakan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan
kesempatan kerja dan usaha serta peningkatan devisa negara.
Dewasa ini sudah bukan hal umum orang menggunakan kulit untuk berbagai keperluan
sehari-hari, sehingga dapat dikatakan penggunaan kulit sudah memasyarakat,
misal untuk sepatu, jaket, tas, sarung tangan dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah karet
dan kulit?
2. Apa saja kandungan dari
karet dan kulit?
3. Bagaimana proses
produksi dari karet dan kulit sehingga di dapat hasil yang berkualitas dan
berkuantitas ?
4. Bagaimana cara mengolah
limbah yang dihasilkan dari proses industri tersebut?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui sumber dan kandungan dari karet, kulit dan plastik
2.
Untuk mengetahui proses pengolahan industri karet, kulit dan plastik yang
berkualitas.
3.
Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut terhadap kesehatan manusia.
4.
Untuk mengetahui tekhnik pengendalian pencemaran industri karet, kulit dan plastik.
D. Kegunaan
Telah banyak kita ketahui bahwa kegunaan
dari masing-masing industri tergantung dari jenis dan produk apa yang
dihasilkan dari industri tersebut. Baik berupa bahn pangan, pakaian ataupun
alat-alat rumah tangga. Dengan proses pengolahan yang baik maka akan
menghasilkan produk yang berkualitas dan kuntitas yang lebih besar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karet
Pada dasarnya karet berasal dari alam
yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex),
maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang
dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet
Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae).
Karet telah digunakan sejak lama untuk
berbagai macam keperluan antara lain bola karet, penghapus pensil, baju tahan
air, dll. Saat Christopher Columbus dan rombongannya
menemukan benua Amerika pada tahun 1476,mereka terheran-heran melihat bola yang
dimainkan orang-orang Indian yang dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah. Di
sinilah sejarah karet dimulai, tetapi baru pada tahun 1530 ada laporan tertulis
mengenai gummi optimum, sebutan Pietro Martire d’Anghiera untuk karet. Pada
tahn 1535, Ahli sejarah mengenai bangsa Indian, Captain Gonzale Fernandez de
Oveida menulis bahwa dia melihat 2 tim orang Indian yang bermain bola. Bola itu
terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur dengan suatu bahan
(latex) kemudian dipanaskan di atas unggun dan dibulatkan seperti bola. Bola
oran Indian ini bisa melambung lebih tinggi daripada bola yang umum dibuat
orang-orang Eropa waktu itu. Oviedo mengatakan bahwa bila bola buatan Indian
itu dijatuhkan, bola itu bisa melambung lebih tinggi dan kemudian jatuh, lalu
melambung lagi walaupun agak rendah daripada lambungan yang pertama, dst.
Adapun proses pengolahan karet dalam
industri antara lain :
Ø Penerimaan Lateks Kebun
Tahap awal dalam pengolahan karet adalah
penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada
mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan
kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses
penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk
proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet
Kering.
Ø Pengenceran
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan
penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara
pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan
penambahan air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara
5.8-8.0, kesadahan air maks. 6 serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %.
Pengenceran dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki
penerimaan dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan
saringan aluminium Pedoman Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap (Ribbed
Smoked Sit). Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran
(koagulum).
Ø Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak
koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Pada umunya
digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan
konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet
kering Dasar Pengolahan Karet. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika
di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Penggunaan asam
semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan pH lateks
serta harga yang cukup terjangkau bagi petani karet dibandingkan bahan koagulan
asam lainnya. Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks
pada titik isoelektriknya sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu
pada pH antara 4.5-4.7. Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi
dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk
menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks.
Penambahan larutan asam diikuti dengan
pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu
mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan
mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat
mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat diatur
dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil
bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan membeku
setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang
berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam.
Proses penggilingan koagulum menjadi
lembaran sit
Ø Penggilingan
Penggilingan dilakuan setelah proses
pembekuan selesai. Hasil bekuan atau koagulum digiling untuk mengeluarkan
kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis
dan memberi garis pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum
digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif
(batik). Setelah digiling, sit dicuci kembali dengan air bersih untuk
menghindari permukaan yang berlemak akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan
kotoran yang masih melekat serta menghindari agar sit tidak menjadi lengket
saat penirisan. Koagulum yang telah digiling kemudian ditiriskan diruang
terbuka dan terlindung dari sinar matahari selama 1-2 jam.
Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi
kandungan air di dalam lembaran sit sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak
boleh terlalu lama untuk menghindari terjadinya cacat pada sit yang dihasilkan,
misalnya timbul warna yang seperti karat akibat teroksidasi. Penirisan
dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari.
Proses pengasapan karet
sit asap dalam kamar asap
Ø Sortasi
Sit yang telah matang dari kamar asap
diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan
secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan
gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara
umum sit diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5 dan
Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah,
atau terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat
digunting
Proses sortasi
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam industri karet agar mendapatkan hasil yang maksimal antara lain :
§ Lateks yang berasal dari
tanaman muda
Pada umumnya menghasilkan karet sit yang
lekat atau lengkat, lembek serta mudah mengalami pemuluran saat digantung dalam
kamar asap. Kemudian, lateks yang berasal dari tanaman yang sudah lama tidak disadap,
menghasilkan karet sit yang mudah sobek/rapuh. Oleh sebab itu, manajemen
penyadapan yang baik perlu dilakukan agar lateks kebun yang disadap sesuai
dengan kriteria bahan baku pembuatan sit.
§ Kebersihan lateks
Mulai dari kebun hingga pabrik pengolahan
harus senantiasa dijaga agar diperoleh hasil produk yang sesuai dengan
standard. Terutama untuk peralatan penyadapan termasuk pisau sadap, talang
lateks, mangkuk, ember pengumpul dan alur sadap sendiri, harus bebas dari
kotoran serta slab sisa penyadapan sebelumnya.
§ Tangki penerima
Untuk tangki penerima yang jauh dari
pabrik hendaknya ditambahkan bahan anti koagulan seperti amoniak. Penambahan
antikoagulan diusahakan tidak melebihi batas yang ditetapkan untuk mencegah
pemakaian asam semut yang terlalu banyak pada proses pembekuan. Pada saat
pengangkutan sebaiknya dihindari dari sinar matahari serta panas berlebih untuk
menghindai prakoagulasi serta pembentukan gelembung.
§ Pemberian bahan
penggumpal (koagulan).
Pemberian bahan penggumpal (koagulan)
seperti asam yang berlebih atau terlalu banyak akan menyebabkan koagulum
menjadi keras dan sulit untuk digiling, sedangkan jika pemberian kurang maka
koagulum akan menjadi lunak, membubur atau tetap encer (tidak menggumpal).
Dalam proses penggumpalan, larutan asam dimasukkan perlahan-lahan secara
merata, kemudian diaduk perlahan hingga homogen (seragam). Tebal karet sit yang
tidak merata dapat disebabkan karena pencampuran lateks dan asam yang tidak
seragam, pemberian asam yang tidak cukup, lateks terlalu encer, atau letak bak
yang miring. Gelembung gas yang timbul dalam karet sit dapat disebabkan karena
penggumpalan terjadi terlalu cepat dengan menggunakan asam yang berlebih, atau
asam yang terlalu pekat, penyaringan yang kurang baik, waktu penggumpalan
terlalu lama dan kurang sempurna. Apabila lateks telah menggumpal sempurna,
maka diatas gumpalan tersebut digenangi air untuk mencegah terjadinya oksidasi
dengan udara yang dapat mengakibatkan timbulnya bercak-bercak hitam pada
permukaan koagulum.
§ Penggilingan sit
Penggilingan sit dilakukan untuk
memisahkan sebagian besar air yang terkandung dalam gumpalan. Dengan
penggilingan permukaan sit akan menjadi semakin besar, sehingga akan
mempercepat pengeringan. Kecepatan penggilingan berbeda-beda antara satu rol
dengan rol lainya, semakin maju maka kecepatan rol berikutnya akan lebih besar
kecuali pada rol terakhir yang berpola, putaran menjadi lebih kecil. Kecepatan
giling serta jarak antar celah dapat memengaruhi hasil gilingan sit. Sit yang
mudah sobek dapat disebabkan karena kecepatan maju yang tidak tepat atau
perbedaan celah antara dua celah yang berurutan terlalu besar.
Beberapa faktor kesalahan yang dapat
terjadi dalam industri karet antara lain :
§ Karet sit yang lembek
(tacky), dan molor (memanjang).
Ini dapat disebabkan karena suhu di dalam
ruang asap terlalu tinggi. Kemudian bercak – bercak pada permukaan sit, dapat
disebabkan karena kayu bakar yang digunakan mengandung bahan tar yang tinggi,
kondensasi uap air yang mengandung tar, atau dibagian atap ruang asap yang
terbuat dari genting atau seng jatuh pada permukaan karet sit # Warna yang
tidak seragam dapat disebabkan karena kecepatan pengeringan, penggunaan bahan
kimia seperti natrium bisulfit yang tidak merata sehingga warna sit menjadi
lebih muda atau pengisian karet sit dalam rumah asap yang terlalu padat.
§ Lapisan tipis berwarna
abu-abu cokelat (rustines)
Hal ini dapat disebabkan oleh lembaran adanya
mikroorganisme pada karet sebagai akibat dari penggantungan yang terlalu lama
ditempat yang lembab. Dapat juga disebabkan karena sistem ventilasi yang kurang
baik, sehingga jamur dapat tumbuh dengan baik pada ruang yang suhunya rendah
dibawah 40 oC. Oleh sebab itu, suhu harus dinaikkan pada
pengeringan hari pertama dan ventilasi diatur dengan baik .
§ Gelembung gas.
Gelembung gas juga dapat terjadi karena
kesalahan pada rumah pengasapan. Seperti, pengeringan yang berlangsung sangat
lambat karena suhu rendah, kenaikan suhu yang terlalu cepat, atau suhu terlalu
tinggi lebih dar 60 oC. selain itu pengeringan pada suhu yang
terlalu tinggi juga dapat menyebabkan karet sit menjadi lengket .
§ Abu yang melekat di
dalam karet sit.
Hal ini dapat disebabkan olah api yang
terlalu besar, sehingga abu terbawa oleh asap yang masuk ke ruang asap.
Sedangkan faktor yang memengaruhi kualitas
sit dalam ruang sortasi adalah timbulnya jamur atau kapang pada permukaan sit.
Kapang dapat timbul apabila karet sit tidak segera disortasi dan dikemas. Ruang
sortasi harus bersih dan kering. Bandela-bandela harus disusun diatas papan
kayu dan dalam penyusunannya tidak boleh lebih dari empat susun.
Proses pengolahan limbah dalamindustri
karet meliputi 3 bagian diantaranya:
1. Pengolahan secara fisik.
2. Pengolahan secara Kimia
3. Pengolahan secara
Biologi.
B. Kulit
Kulit
merupakan organ terbesar dari tubuh yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan
mempunyai beberapa fungsi yang penting besarnya ± 10-12% dari tubuh. Kulit
adalah lapisan luar tubuh hewan (kerangka luar) tempat bulu hewan tumbuh
(Sunarto, 2000 disitasi oleh Aidil rahmat et al) senada dengan
pernyataan Suardana et al (2008) bahwa kulit adalah lapisan
luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang
itu tumbuh.
Kulit
mamalia terbagi menjadi beberapa bagian dari segi histology
menurut Judoamidjojo (1981)yaitu : Epidermis adalah lapisan luar kulit,
Corium (derma) adalah bagian pokok tenunan kulit yang akan diubah menjadi kulit
samak. dan, Hypodermis (subcutis), yang dikenal sebagai lapisan daging atau
tenunan lemak, yang dihilangkan pada saat proses flesing pada proses
penyamakan. Bagian bagian kulit dapat dilihat dalam Irisan penampang kulit dan
keterangannya ( Franson 1981disitasi oleh Hoeruman (2000) :
Gambar
1. Irisan penampang kulit
Tidak
semua bagian kulit sama kualitasnya dalam satu lembar kulit, dijelaskan oleh
Suardana et al, ( 2008 ). jenis kulit berdasarkan kualitasnya sebagai berikut :
1. Bagian punggung
adalah bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan
struktur yang paling kompak luasnya 40 % dari seluruh luas kulit.
2. Bagian leher
mempunyai kriteria kulitnya agak tebal, sangat kompak tetapi ada beberapa
kerutan.
3. Bagian bahu kulitnya
lebih tipis, kualitasnya bagus, hanya terkadang ada
kerutan yang dapat mengurangi kualitas.
4. Bagian perut dan paha
struktur jaringan kurang kompak, kulit tipis dan mulur.
Dalam
dunia industri kulit ada dua istilah yang menonjol yaitu hide dan skin.
Hide adalah istilah kulit mentah yang berasal dari hewan berukuran
besar dan berumur dewasa, misalnya : sapi, kerbau, unta, badak dan paus. Skin adalah
kulit mentah yang berasal dari hewan yang berukuran kecil,
misalnya domba, kambing, babi, dan reptil atau hewan besar yang
belum dewasa misalnya : anak sapi dan anak kuda (Sharpouse, 1957. disitasi oleh
Hoeruman, 2000).
Industri
penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah menjadi kulit jadi.
Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang didorong
perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas. Potensi penyamakan kulit di
Indonesia pada tahun 1994 terdiri dari 586 jumlah perusahaan ang terdiri dari
industri kecil sebesar 489 unit dan industri menengah sebesar 8 unit, dengan
kapasitas produksi sebesar 70,994 ton ( Dirjen industri aneka 1995).
Industri
Penyamakan kulit sebagai salah satu Industri yang proses limbah yang masih
sering dipermasalahkan, dan mempunyai konsekwen untuk dapat mencemari
lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui air, tanah dan udara. Salah satu
contoh kasus terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah
Industri Kulit yang ada di Garut.
Adapun proses industri dari kulit yaitu :
§ Proses awal terdiri atas
:
1. Perendaman
Maksud perendaman ini adalah untuk
mengembalikan sifat- sifat kulit mentah menjadi seperti semula, lemas, lunak
dan sebagainya. Kulit mentah kering setelah ditimbang, kemudian direndam dalam
800- 1000 % air yang mengandung 1 gram/ liter obat pembasah dan antiseptic,
misalnya tepol, molescal, cysmolan dan sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit
dikerok pada bagian dalam kemudian diputar dengan drum tanpa air selama 1/ 5
jam, agar serat kulit menjadi longgar sehingga mudah dimasuki air dan kulit
lekas menjadi basah kembali. Pekerjaan perendaman diangap cukup apabila kulit
menjadi lemas, lunak, tidak memberikan perlawanan dalam pegangan atau bila
berat kulit telah menjadi 220- 250% dari berat kulit mentah kering, yang
berarti kadar airnya mendekati kulit segar (60-65 %). Pada proses perendaman ini, penyebab pencemarannya
ialah sisa desinfektan dan kotoran- kotoran yang berasal dari kulit. Untuk mengembalikan
kadar air yang hilang selama proses pengeringan sebelumnya, kulit basah lebih
mudah bereaksi dengan bahan kimia penyamak, membersihkan dari sisa kotoran,
darah, garam yang masih melekat pada kulit.
2. Pengapuran
Maksud proses pengapuran ialah :
1. Menghilangkan epidermis dan bulu.
2. Menghilangkan kelenjar keringat dan
kelenjar lemak.
3. Menghilangkan semua
zat-zat yang bukan collagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak.
Cara mengerjakan pengapuran, kulit
direndam dalam larutan yang terdiri dari 300-400 % air (semua dihitung dari
berat kulit setelah direndam), 6-10 % Kapur Tohor Ca (OH)2, 3-6 % Natrium
Sulphida (Na2S). Perendaman ini memakan waktu 2-3 hari. Dalam proses pengapuran
ini mengakibatkan pencemaran yaitu sisa- sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit
yang larut, dan bulu yang terepas.
Pengapuran berfungsi membengkakan kulit
untuk melepas sisa daging, menyabunkan lemak pada kulit, pembuangan sisik,
pembuangan daging.
3. Pembelahan ( Splitting).
Untuk pembuatan kulit atasan dari kulit
mentah yang tebal (kerbau-sapi) kulit harus ditipiskan menurut tebal yang
dikehendaki dengan jalan membelah kulit tersebut menjadi beberapa lembaran dan
dikerjakan dengan mesin belah ( Splinting Machine). Belahan kulit yang teratas
disebut bagian rajah (nerf), digunakan untuk kulit atasan yang terbaik. Belahan
kulit dibawahnya disebut split, yang dapat pula digunakan sebagai kulit atasan,
dengan diberi nerf palsu secara dicetak dengan mesin press (Emboshing machine),
pada tahap penyelesaian akhir. Selain itu kulit split juga dapat digunakan
untuk kulit sol dalam, krupuk kulit, lem kayu dll. Untuk pembuatan kulit sol,
tidak dikerjakan proses pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.
4. Pembuangan
kapur (deliming)
Oleh
karena semua proses penyamakan dapat dikatakan berlangsung dalam lingkungan
asam maka kapur didalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih
ketinggalan akan mengganggu proses- proses penyamakan. Misalnya :
o Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi
dengan zat penyamak menjadi Kalsium Tannat yang berwarna gelap dan keras
mengakibatkan kulit mudah pecah.
o Untuk kulit yang akan disamak krom, bahkan kemungkinan
akan menimbulkan pengendapan Krom Hidroksida yang sangat merugikan.
Pembuangan
kapur akan mempergunakan asam atau garam asm, misalnya H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4,
Dekaltal dll. Pembuangan kapur berguna untuk menghilangkan kapur dan
menetralkan kulit dari suasana basa, menghindari pengerutan kulit, menghindari
timbulnya endapan kapur, pengikisan protein.
5. Pengasaman (pickle).
Proses
ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau kulit samak sintetis dan tidak
dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit samak minyak. Maksud proses
pengasaman untuk mengasamkan kulit pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam
keadaan tidak bengkak, agar kulit dapat menyesuaikan dengan pH bahan penyamak
yang akan dipakai nanti.
Selain
itu pengasaman juga berguna untuk:
1. Menghilangkan
sisa kapur yang masih tertinggal.
2. Menghilangkan
noda- noda besi yang diakibatkan oleh Na2gS, dalam pengapuran agar kulit
menjadi putih bersih.
Pengasaman (pickle) untuk memberikan
suasana asam pada kulit sehingga lebih sesuai dengan senyawa penyamak dan kulit
lebih tahan terhadap seranga bakteri pembusuk). Pada kulit sapi, dilakukan
proses pembuangan bulu menggunakan senyawa Na2S.
§ Proses penyamakan.
Sesuai dengan jenis kulit, tahapan proses
penyamakan bisa berbeda. Kulit dibagi atas 2 golongan yaitu hide (untuk kulit
berasal dari binatang besar seperti kulit sapi, kerbau, kuda dll), dan skin
(untuk kulit domba, kambing, reptil dll). Jenis zat penyamak yang digunakan
mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh. Penyamak nabati (tannin) memberikan
warna coklat muda atau kemerahan, bersifat agak kaku tetapi empuk, kurang tahan
terhadap panas. Penyamak mineral paling umum menggunakan krom. Penyamak krom
menghasilkan kulit yang lebih lemas, lebih tahan terhadap panas. Lewat proses
penyamakan, dilakukan proses pemeraman yaitu menumpuk atau menggantung kulit
selama 1 malam dengan tujuan untuk menyempurnakan reaksi antara molekul bahan
penyamak dengan kulit.
§ Proses penyelesaian
(finishing)
Untuk menentukan kualitas hasil akhir
(leather). Terdiri atas beberapa tahapan proses yang bervariasi sesuai dengan
jenis kulit, bahan penyamak yang digunakan, dan kualitas akhir yang diinginkan.
Proses finishing akan membentuk sifat-sifat khas pada kulit seperti kelenturan,
kepadatan, dan warna kulit.
1. Proses perataan (setting
out).
Bertujuan untuk menghilangkan
lipatan-lipatan yang terbentuk selama proses sebelumnya dan mengusahakan
terciptanya luasan kulit yang maksimal. proses perataan sekaligus juga akan mengurangi
kadar air karena kandungan air dfalam kulit akan terdorong keluar (striking
out).
2. Pengeringan
Bertujuan untuk mengurangi kadar air kulit
sampai batas standar biasanya 18 - 20 %.
3. Pelembaban
Menaikkan kandungan air bebas dalam kulit untuk
persiapan perlakuan fisik di proses selanjutnya).
4. Pelemasan
Untuk melemaskan kulit dan mengembalikan
kerutan-kerutan sehingga luasan kulit menjadi normal kembali.
5. Pementangan
Hal ini untuk menambah luas kulit.
6. Pengampelasan
Hal ini dilakukan untuk menghalukan
permukaan kulit). Kulit samakan bisa dicat untuk memperindah tampilan
kulit.
Limbah
cair industri penyamakan kulit nampak paling menonjol dibandingkan limbah padat
maupun gasnya karena volumenya yang cukup banyak yaitu 30-70 l / kg bahan baku
yang diolah dari awal. Disamping volume yang banyak, zat- zat pencemaran yang
terkandung dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan dampak yang
paling cepat berpengaruh adalah berbau busuk dan kadang- kadang secara visual nampak
berbuih banyak. Secara umum air limbah penyamakan kulit mengandung bagian-
bagian dari kulit seperti bulu, sisa daging, potongan kulit dan bahan kimia
sisa dari yang ditambahkan dalam proses penyamakan kulit.
Secara
garis besar proses pengolahan limbah cair penyamakan kulit adalah sbb:
1. Pemisahan Padatan Kasar.
2. Segresi.
3. Ekualisasi.
4. Koagulasi.
1.
Pemisahan Padatan Kasar.
Sebelum
diolah air limbah perlu disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan padatan
kasar yang dapat menutup pipa, pompa-pompa dan saluran- saluran. Pada proses
ini lebih dari 30% padatan tersuspensi total dalam cairan air limbah dapat
dihilangkan dengan saringan.
2.
Segresi.
Pada
tahap ini dilakukan pemisahan cairan-cairan limbah yang mempunyai sifat khas
dan memerlukan perlakuan tertentu untuk menangani zat pencemar agar nanti
setelah dicampur dengan cairan limbah yang lain tidak menimbulkan kontradiksi
yang merugikan.
3.
Ekualisasi.
Proses
pengolahan pada bak ekualisasi bertujuan untuk penghilangan sulfida dan krom
agar dapat menghemat air yang dapat mengencerkan limbah kapran dan cairan
limbah krom sebelum diolah lebih lanjut. Pada tahapan ini juga
meningkatkan efisiensi pengolahan dan untuk menghindari rancangan baik yang
diantisipasi untuk aliran puncak ( peak Flow) maka dilakukan sistem pengaturan
laju aliran dan pencampuran seluruh air limbah.
Praktek
pencampuran ini meberi kesempatan terjadinya proses netralisasi dan pengendapan.
Oleh karena itu sebaiknya air limbah dicampur dengan baik dan intensif,
misalnya dengan mixer atau blower mengingat dalam bak ini padatan
tersuspensinya dijaga jangan samapai mengendap dan kondisi air limbahnya harus
aerobik, hal ini dapat dicapai dengan menghembuskan udara dari dasar bak
melaluai beberapa difuser untuk memasok O2 yang intensif. Tenaga yang
diperlukana untuk mengaduk kira- kira 30 watt/m2 air limbah. Jika dilakukan
injeksi udara pada bak sedalam 2-4 m, aliran udara optimalnya 3-4 m3/jam per m2
permukaan bak. Dalam bak ekualisasi dapat dilakukan pergantian garam- garam
aluminium maka penghilangan Nitrogen melalui proses nitrifikasi/ denitrifikasi
perlu dilakukan.Pada tahapan ini untuk meningkatkan efisiensi pengolahan dan
untuk menghindari rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran puncak ( peak
Flow) maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan pencampuran seluruh air
limbah.
4.
Koagulasi.
Pada
tahapan ini dilakukan perlakuan fisiko kimiawi untuk menghilangkan BOD dan
padatan. Dengan perlakuan fisiko kimiawi yang relatif mudah dan sederhana dapat
menghilangkan > 95 % padatan tersuspensi dan BOD sekitar 70%. Untuk
menghilangkan BOD sepenuhnya dapat dilakukan dalam pengolahan proses biologis
selanjutnya.
Perlakuan
fisiko kimia terhadap air limbah penyamakan kulit terdiri dari perlakuan awal
dengan pemberian penggumpal yang dilanjutkan dengan pemberian pengendap sampai
dengan pemisahan lumpurannya untuk dibuang.
Efesiensi
penggumpalan dapat diperoleh dengan penambahan larutan pengendap yang berupa
larutan polyelektrolit anionik rantai panjang dengan konsentrasi 1-10 mg/l.
BAB III
SIMPULAN
A. Simpulan
Setelah mengetahui sejarah dan kandungan
dari karet, kulit dan plastik kita dapat memanfaatkannya dengan skala yang
lebih besar melalui industri. Adapun pengolahan industri tersebut meliputi :
1. Karet
Ø Penerimaan Lateks Kebun
Ø Pengenceran
Ø Pembekuan
Ø Penggilingan
Ø Sortasi
2. Kulit
Ø Proses awal terdiri atas
:
- Perendaman
- Pengapuran
- Pembelahan( Splitting).
- Pembuangan
kapur (deliming)
- Pengasaman (pickle).
Ø Proses penyamakan.
Ø Proses penyelesaian
(finishing).
Proses-proses tersebut untuk mandapatkan
hasil yang maksimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Selain itu, proses pengolahan limbah
mutlak harus dimiliki dalam setiap industri agar kelestarian lingkungan di
sekitar tetap terjaga. Karena telah kita ketahui bahwa limbah dari industri
khususnya yang sintesis dapat merusak kelestarian dari lingkungan disekitarnya.
Pengolahan limbah bisa berupa daur ulang ataupun proses-proses lainnya yang
sifatnya mencegah limbah merusak lingkungan.
B. Saran
Industri penyamakan kulit dan
Industri pengolahan lateks dan karet merupakan salah
satu industri yang dalam prosesnya
menghasilkan limbah yangmasih sering dipermasalahkan, dan mempunyai
konsekuensi dapat mencemari lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui
air, tanah dan udara. Oleh karena itu, dalam industri penyamakan kulit selain
memperhitungkan keuntunganya, perlu juga diperhitungkan kerugian yang dapat
ditimbulkannya.
BAB 3KESIMPULAN
Karet merupakan
komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalamupaya peningkatan
devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhirterus
menunjukkan adanya peningkatan. Perkembangan pasar karet alam dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir relativekondusif bagi produsen, yang ditunjukan
oleh tingkat harga yang relatif tinggi. Haltersebut dikarenakan permintaan yang
terus meningkat, terutama dari China, India,Brazil dan negara-negara yang
mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia-Pasifik.Perkembangan ekonomi
global tentunya akan mempengaruhi permintaan karetalam dan selanjutnya
akan mempengaruhi harga.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet.
Karya Tulis Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Suseno, Rs. Suwarti.1989. Pedoman
Teknis Pengolahan Karet Sit Yang Diasap(Ribbed Smoked Sit). Balai
Penelitian Perkebunan Bogor, Bogor.
Anonim. 1997. Kumpulan Pedoman
Pengolahan Karet (Buku I, II, III, IV, V, VI, VII). Tim Standardisasi
Pengolahan Karet. Direktorat Jendral Perkebunan, Jakarta.
Anonim. 2007. Pedoman Penanganan
Pasca Panen Karet. Direktorat Jenderal Pengolahan Dan Pemasaran Hasil
Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Anonim, 1996. Teknologi
Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Penyamakan Kulit, Bapedal,
Jakarta.
Wijayadi Swarnam.
2005. Teknologi Limbah Edisi Spesial. Pusat
Pengembangan Teknologi Limbah Cair. Jakarta.