Rabu, 17 April 2013

identifikasi alkohol







LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


 




NAMA              : HADI SUWANDRA
NPM                : E1G012078
PRODI              : TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
KELOMPOK     : 4
HARI/JAM        : SELASA, 14.00-16.00
TANGGAL        : 09-04-2013
DOSEN             : Dra.DEVI SILSIA, M.Si
                          DRs.SYAFNIL.M.Si
OBJEK PRAK    : IDENTIVIKASI ALKOHOL
LABOLATURIUM TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU




1.                  TUJUAN PRAKTIKUM : mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis alkohol dan menguji reaktifitas alcohol

2.                  PENDAHULUAN
Dasar Teori  
Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus –OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana “R” merupakan gugus alkil. Adapun rumus molekul dari alkohol yaitu CnH2n+2O. Alkohol dapat dibagi berdasarkan dimana gugus –OH terikat pada atom karbon, yaitu:
1.      Alkohol Primer
Alkohol primer adalah alkohol yang gugus –OH terikat pada atom C primer (atom C yang mengikat 1 atom C yang lain).
Alkohol primer mempunyai rumus struktur sebagai berikut:
R-CH2-OH
Contoh:CH3-CH2-OH
etanol (etil alkohol)

2.      Alkohol Sekunder
Alkohol sekunder adalah alkohol yang gugus –OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat 2 atom C yang lain).
   Struktur  :                             R
                                                            C – OH
                                                  R              
3.      Alkohol Tersier
Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus –OH terikat pada atom C tersier (atom C yang mengikat 3 atom C yang lain).
          R
                                                
                                           R – C – OH
                                                
                                                 R

Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R – OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan hanya butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala perbandingan (Brady, 1999).
Reaksi Identifikasi Alkohol Primer, Sekunder, dan Tersier Pada alcohol primer, sekunder, dan tersier memberikan reaksi yang berbeda terhadap oksidator K2CrO7, KMnO4, dan O2. Dengan bantuan katalis, atom O dari oksidator akan menyerang atom H yang terikat ke atom C yang mengandung gugus - OH (atom C karbinol). Berikut reaksi oksidasi pada masing-masing alcohol .(Sabirin, 1992).
1.      Reaksi oksidasi alcohol primer akan menghasilkan alkanal (aldehida), jika dibiarkan beberapa lama, maka proses oksidasi akan berlanjut menghasilkan suatu asam karboksilat. Jika kita ingin memperoleh aldehida dari proses oksidasi ini, maka secepatnya dilakukan destilasi untuk menghindari proses oksidasi berlanjut.
          
2.      Reaksi oksidasi alcohol sekunder akan menghasilkan suatu keton (alkanon)

4.      Pada alcohol tersier, tidak terjadi proses oksidasi. Hal ini disebabkan pada alcohol tersier, tidak terdapat atom H yang terikat pada atom C karbinol

Kelarutan Alkohol dalam Air
Alkohol-alkohol yang kecil larut sempurna dalam air. Bagaimanapun perbandingan volume yang kita buat, campurannya akan tetap menjadi satu larutan.
Akan tetapi, kelarutan berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantaihidrokarbon dalam alkohol. Apabila atom karbonnya mencapai empat atau lebih, penurunan kelarutannya sangat jelas terlihat, dan campuran kemungkinan tidak menyatu. Contoh butanol yang memilki jumlah atom karbon empat.
       Secara umum, sifat alcohol itu adalah :
-   Mudah terbakar
-   Mudah bereaksi dengan air
-   Bentuk fase pada suhu ruang
-   Mempunyai titik didih paling tinggi dibandingkan alkananya. Hal ini disebabkan karena adanya ikatan hydrogen atas molekulnya.
Idoforom termasuk senyawa haloform selain kloroform dan bromoform.Haloform dapat terbentuk bila halogen direaksikan dengan senyawa metil keton .Sehingga halogenasi
α dapat digunakan sebagai dasar uji idoform untuk senyawa
-senyawa metil keton.Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat mengkristalkan kembali daricaiaran pelarut atau campuran pelarut, melarutkan kristal dalam pelarut panas ( atau

campuran pelarut) kemudian medinginkan larutan secara perlahan sampai terbentuk kristal murni


III.             ALAT DAN BAHAN
ALAT
Ø  Botol semprot
Ø  Gelas piala 100 ml dan 500 ml
Ø  Gelas ukur 100 ml dan 25 ml
Ø  Pipet tetes
Ø  Erlenmeyer 250 ml dan 100 ml
Ø  Tabung reaksi – Rak
Ø  Penanggas air
Ø  Corong
Ø  Thermometer
Ø  Pipet volume 5 ml
Ø  Penjepit tabung reaksi

Bahan
Ø  KMnO4
Ø  FeCl3
Ø  2-Propanol
Ø  Etanol
Ø  Aquades
Ø  NaOH
Ø  K2CrO7
Ø  FeSO4
Ø  Tersier-butanol
Ø  CH3COOH glacial
Ø  I2/KI

IV.             CARA KERJA
Identivikasi alcohol ( reaksi oksidasi )
( cara 1)
v  Siapkan tiga buah tabung reaksi, ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 3 ml asam asetat glacial
v  Selanjutnya pada masing-masing tabung ditambah :
Tabung reaksi I                 : 1 tetes etanol
Tabung reaksi II                : 1 tetes 2-propanol
Tabung reaksi III              : 1 tetes tersier-butanol
v  Pada campuran diatas di tambahkan larutan KMnO4 0.1 M. tetes demi tetes sampai terbentuk warna merah muda
v  Selanjutnya ditambah 1 tetes H2SO4 pekat dan 1 tetesKMnO4 0.1 M
Identivikasi alkohol ( Reaksi oksidasi )
( cara 2 )
v  Siapkan tiga buah tabung reaksi, ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 ml K2Cr2O7 0.1 M.
v  Tambahkan perlahan-lahan ( lewat dinding tabung ) 1 ml H2SO4 pekat.
v  Aduk sampai homogen dan dinginkan ( jika tabung panas )
v  Perlahan-lahan tambahkan ( lewat dinding tabung ) :
Tabung reaksi I                 : tambahkan 2 ml etanol
Tabung reaksi II                : tambahkan 2 ml 2-propanol
Tabung reaksi III              : tambahkan 2 ml tersier-butanol
v  Perhatikan perubahan warna yang terjadi, juga bandingkan bau yang timbul dengan bau alkohol  itu sendiri.

Reaksi alcohol dengan FeCl3
v  Siapkan tiga buah tabung reaksi
Tabung reaksi I : di tambah 2 ml larutan fenol
Tabung reaksi II: ditambah 2ml 2-propanol
v  Pada masing-masing tabung reaksi tambah 5 tetes FeCl3

V.                 HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan Reaksi Oksidasi ( cara 1 )
No
percobaan
Tabung I
Etanol
Tabung II
2-propanol
Tabung III
t-Butanol
keterangan
1
+CH3COOH glasial
bening
bening
bening
Bening
2
+KMnO4  0.1 M
Merah muda
Merah muda
Bening agak kemerahan
Sebagian merah muda
3
+1 tetes H2SO4    p
+1 tetes KMnO4
   0.1 M
Merah muda
Merah menjadi tidak berwarna
Tidak berwarna
Sebagian tidak berwarna


Hasil pengamatan Reaksi Oksidasi ( Cara 2 )
No
percobaan
Tabung I
Etanol
2 ml
Tabung II
2-propanol
2 ml
Tabung III
t-Butanol
2 ml
keterangan
1
Cium bau alkohol
Seperti sawo matang
lem
Bau menyengat

2
+2 ml K2O7 0.1 M
+1 ml H2SO4  p
Berubah warna menjadi biru
Berubah warna menjadi biru
Tidak berubah warna

3
Cium bau campuran
Bau seperti balon tiup

Menyengat (asam karboksilat )


Reaksi alcohol dengan FeCl3
percobaan
Hasil pengamatan
fenol
2-propanol
+2 tetes larutan FeCl3
Fenol berubah menjadi warna kehitaman.
Karena senyawa aromatic bereaksi dengan FeCl3
Tidak terjadi perubahan warna apapun Karena senyawa alifatis tidak bereaksi dengan FeCl3


VI.               PEMBAHASAN
Alkohol adalah senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Pada praktikum kali ini di dapatkan alcohol primer bila di oksidasi dengan oksidator kuat maka alcohol bereaksi menjadi aldehid, bila dilakukan secara terus menerus maka akan berubah menjadi asam karboksilat.
Penambahan 3 ml asam asetat glacial lalu di tambahkan  1 tetes etanol maka reaksi yang terjadi yaitu cairan berubah warna menjadi bening, dan begitu pula hasil yang di dapat pada penambahan 2prpanol & t-butanol.
Selanjutnya campuran di tambahkan larutan KMnO4 maka terjadi reaksi larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda dan agak bening. Sedangkan pada penambahan larutan H2SO4 di tambah KMnO4 warna merah muda pada larutan tersebut menjadi hilang. Berarti jelas bahwasanya alcohol primer apabila di oksidasi dengan oksidator kuat maka ia akan berubah menjadi aldehid.
Lalu pada percobaan reaksi alcohol dengan FeCl3 dengan penambahan fenol maka didapatkan hasil, fenol berubah warna dari kekuningan menjadi kehitaman. Hal ini di karenakan senyawa aromatic itu dapat bereaksi dengan larutan FeCl3, atau larutan sekunder bereaksi dengan FeCl3. Sedangkan reaksi alcohol yang terjadi antara FeCl3 degan 2-propanol larutan tidak terjadi perubahan warna apapun karena senyawa alifatis tdak bereaksi dengan FeCl3, hal ini di karenakan alcohol tersier tidak dapat di oksidasi dengan larutan apapun.
Reaksi iodoform adalah suatu reaksi yang spesifik untuk gugus metil keton.Gugus metil dari suatu metil keton diiodonasi dalam suasana basa sampaiterbentuk iodoform (CHI3) padat berwarn a kuning .O OR-C-CH3 + I2 CHI3 + R-C-ONa(iodoform)Dalam percobaan ini gugus metil keton yang dipakai adalah aseton, yang akandireaksikan dengan iodium suasana basa akan menghasilkan iodoform. Masukkan 6ml aseton + 5 g iod kemudian tambahkan NaOH sebagai suasana basa.

VII.             KESIMPULAN
Dari hasil percobaan maka dapat di simpulkan :
·         Alkohol primer bisa dioksidasi baik menjadi aldehid maupun asam karboksilat tergantung pada kondisi-kondisi reaksi.
·         Alkohol sekunder bila dioksidasi dengan oksidator lemah maka menjadi keton
·         Alcohol tersier merupakan alcohol yang tidak dapat di oksidasi dengan oksidator apapun
·         Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus –OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana “R” merupakan gugus alkil




VIII.           DAFTAR PUSTAKA
                        http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/alkohol/
Matsjeh, Sabirin. 1992. Kimia Organik Dasar I. Yogyakarta: UGM-Press.
                   Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga.
                   Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik.                                                  Bina Aksara. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar